Menjelang akhir minggu ini, Gedung Putih menyambut hangat atas keputusan Federal Communications Commission (FCC) dalam upaya untuk membawa Internet berkecepatan tinggi (broadband) dan akses nirkabel berkecepatan tinggi (wireless) ke siswa-siswa di Amerika. FCC adalah otoritas yang mengatur telekomunikasi dan penyiaran di Amerika, dan merupakan lembaga yang tertua di dunia untuk urusan telekomunikasi.
Awal bulan Juni 2013, pemerintahan Presiden Obama memprakarsai sebuah inisiatif baru yang dinamakan ConnectED. Tujuan utama program ini untuk menghubungkan semua sekolah SD sampai SMA ke jaringan Internet broadband dan jaringan nirkabel generasi 4G keatas. Program ini menargetkan dalam waktu 5 tahun kedepan maka 99 persen siswa di Amerika sudah bisa akses ke Internet broadband.
Meskipun Amerika adalah negara pencipta Internet dan juga negara pertama didunia yang menghubungkan sekolah-sekolah ke jaringan web terbesar didunia pada awal tahun 1990-an, akan tetapi akibat resesi ekonomi yang berkepanjangan maka investasi untuk meningkatkan mutu jaringan ke sekolah sudah ketinggalan jaman. Malah Gedung Putih mengakui kalau negara adikuasa ini sudah kalah jauh dari Korea Selatan yang sudah memasang jaringan Internet broadband dan sudah melakukan pelatihan besar-besaran untuk semua guru dalam rangka menunjang era digital. Gedung Putih menambahkan bahwa buku pelajaran yang dicetak diatas kertas akan dihapus di Korea Selatan mulai tahun 2016.
Pemerintah federal Amerika akan mengalokasikan sebagian dana yang sudah ada untuk meningkatkan jaringan Internet ke sekolah dan sekaligus mempercepat proses untuk mendorong inovasi teknologi di dunia pendidikan. Keputusan FCC ini akan memberikan keuntungan bagi murid dan guru. Dengan kondisi ekonomi masih belum stabil, siapa yang akan membayar kekurangan biaya konektivitas ini? Seperti sejarah pendanaan masa lalu, sebagian besar dana akan diraup dari masyarakat. Yang pasti para pelanggan telepon model lama yang dicolok di dinding rumah warga Amerika dan para pelanggan seluler (ponsel dan tablet) akan membayar sekitar $5 dollar per tahun untuk mensubsidi program ini. Diperkirakan tidak lama lagi tagihan bulanan per user di Amerika akan dikenakan biaya tambahan sekitar $0.40 per bulan.
Bagi negara-negara lain yang masih memiliki keterbatasan konektivitas ke Internet, mereka bisa mencontoh inisiatif yang diprakarsai oleh Gedung Putih. Untuk memicu inovasi, sudah saatnya negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia untuk memikirkan investasi yang lebih agresif dalam pembelajaran digital dan dunia pendidikan teknologi. Kehadiran media digital akan mendorong siswa menerima pelajaran yang dapat diajarkan secara online maupun secara fisik di kelas.
Di samping itu untuk menunjang pemahaman dan penguasaan ilmu, keberadaan jaringan Internet berkecepatan tinggi juga akan mendorong inovasi penyedia konten interaktif dari perusahaan startup (seperti, Tynker, Coursera, Desire2Learn) untuk dunia pendidikan berbasis di cloud (awan). Perusahaan teknologi startup akan berlomba-lomba mencari terobosan dan memproduksi konten pendidikan kaya fitur daripada buku cetak model lama. Dengan kemajuan teknologi cloud yang ditunjang oleh akses Internet berkecepatan tinggi, maka pelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa, yang mana akan memberikan keleluasaan pribadi bagi siswa untuk belajar di mana saja dan kapan saja. Dengan adanya akses broadband, maka siswa dapat menerima tambahan pengajaran yang mereka butuhkan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
(Images: top right, USA flag; middle left, White House app icon via Google Play)
[…] sukses meluncurkan program ConnectED yang menghubungkan sekolah-sekolah SD sampai SMA di seluruh Amerika ke jaringan Internet pada tahun […]