Banyak kelompok kecil seperti tim olahraga, perkumpulan orangtua, murid dan guru, atau tim kerja sebuah proyek, memerlukan alat untuk melakukan kolaborasi dan chatting secara internal. Tapi sayangnya, kebanyakan alat chatting yang tersedia di pasar hanya melayani jaringan sosial seperti BBM, Facebook Messenger, atau WhatsApp, yang anggotanya terdiri atas teman-teman dan keluarga sendiri.
Aplikasi Chatbox memungkinkan kelompok kecil yang terdiri atas orang-orang luar alias bukan teman, tetapi masih ingin melakukan kolaborasi melakukan sesuatu melalui chatting. Kelompok semacam ini biasanya menggunakan email. Akan tetapi tidak semua orang akan membaca email tepat waktu atau merespon secara cepat ketika sedang berdialog online.
Tetrapod Software membangun aplikasi Chatbox, dimana alat ini menawarkan cara mudah dan sederhana untuk kelompok-kelompok berkolaborasi antara satu dengan lainnya. Chatbox menyediakan fitur chat room berbasis open-source, supaya semua anggota kelompok dengan perangkat apapun dapat melakukan kolaborasi dan chatting.
Keunggulan aplikasi ini dapat terhubung lewat laptop dengan menggunakan browser dan lewat perangkat mobile (tablet dan ponsel pintar). Keunikan lainnya, pengguna dapat berkolaborasi dan membalas chat lewat email akun. Keistimewaan Chatbox termasuk memfasilitasi kolaborasi antar pengguna melalui Twitter akun. Aplikasi ini diberikan secara gratis.
Tetrapod Software berbasis di kota Seattle. Walaupun aplikasi Chatbox masih dalam proses uji-coba, akan tetapi beberapa investor ventura dan perorangan sudah bersedia menyediakan modal kerja. Menjelang malam Tahun Baru 2015, startup ini mengajukan formulir pemberitahuan kepada lembaga pertukaran saham milik pemerintah Amerika (SEC), dan menyatakan bahwa startup ini sudah menerima pendanaan awal sekitar $2,8 juta dollar. Daftar penyedia modal masih belum diumumkan secara resmi.
(Image: top right, Chatbox app by Tetrapod Software)
Dr. Hadi, Editor-in-Chief of Inovasi.com
Yosia Sugialam
Inovasi.com 
Leave a Reply